Dari ayat tadi bisa kita telaah bahwa kehidupan manusia itu selalu berubah. Roda kehidupan selalu berputar, terkadang kita jumpai kemudahan dalam segala bidang, dan pada lain waktu, kita temukan kesulitan hidup. Di satu saat kita bisa bersedih, di saat lain kita bisa tiba-tiba menjadi gembira. Semua dinamika ini dinamakan sebagai ujian dari Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ agar iman kita bisa menjadi tebal, kedekatan kita kepada Allah akan selalu bertambah.
Dalam kitab matan al-Kharidah al-Bahiyyah, Syekh Ahmad Dardir mendendangkan sebuah syair:
وَكُنْ عَلَى آلَائِهِ شَكُوْرًا، وَكُنْ عَلَى بَلاَئِهِ صَبُوْرًا
Artinya: Dan bersyukurlah atas nikmat-nikmat Allah, dan bersabarlah atas cobaan-cobaan-Nya.
Qasidah ini menjelaskan tentang tugas kita, agar pandai-pandai bersyukur atas karunia Allah. Anugerah yang diberikan tidak membuat kita lena tentang bagaimana cara menggunakan nikmat tersebut secara baik dan benar. Begitu pula sebaliknya.
Pada waktu kita diuji dengan cobaan oleh Allah, tugas kita adalah bersabar. Kita harus selalu ber-husnuddzan kepada Allah. Kita perlu yakin, Allah akan memberikan kemudahan kepada kita, mungkin saja nanti atau di kemudian hari.
Allah berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan. (QS As-Syarh: 5-6)
Di ayat ini, Allah mengulangi tentang kebersamaan antara kesulitan pasti akan ada kemudahan, itu pasti. Bahkan Allah mengulangi sampai dua kali. Kita tidak boleh meragukan firman Allah ini.
Dalam sebuah hadits qudsi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radliyallâhu anh, Allah berfirman:
خَلَقْتُ عُسْرًا وَاحِدًا وَخَلَقْتُ سَيْرَيْنِ
Artinya: Allah berfirman: Aku ciptakan kesulitan satu, tetapi di situ pula aku ciptakan dua kemudahan.
Hadirin yang Dirahmati Allah
Sekarang ini, di antara kita mungkin sedang bertani, namun gagal panen. Atau panen sukses tapi harganya tidak sesuai harapan. Yang menjadi pelajar, nilai yang diperoleh kurang sesuai harapan. Yang kerja kantor, ada masalah di kantornya. Yang berdagang ditipu orang. Hal tersebut bisa saja menimpa kita. Di saat-saat demikian, kita tetap harus menata hati untuk memosisikan Allah pada dugaan yang selalu baik.
Firman Allah dalam hadits qudsi menyebutkan:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ
Artinya: Aku itu berada pada posisi dugaan hamba-Ku kepada-Ku.
Maksudnya, jika kita meyakini Allah tidak akan bisa menyelesaikan masalah kita, masalah kita pun tidak akan kelar. Apabila kita yakin bahwa Allah bisa menyelesaikan urusan kita yang menurut ukuran kita itu sangat rumit, Allah pun akan menyelesaikan problem tersebut dengan skenarionya yang indah.
Maka yang patut kita panjatkan kepada Allah bukan kalimat: “Ya Allah, masalahku sungguh besar”. Namun, kita harus mengucapkan “Bukan masalah! Allah-ku maha paling besar. Seberapa besar masalah kita, Allah lebih agung daripada masalah kita.
Hadirin Rahimakumullah
Perihal kesulitan, dari Ibnu Mas’ud menyebutkan:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ كَانَ الْعُسْرُ فِيْ حُجْرٍ لَطَلَبَهُ الْيُسْرُ حَتَى يَدْخُلَ عَلَيْهِ وَلَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرًا
Artinya: Demi Allah, seandainya kesulitan, keterpurukan, kegagalan itu berada dalam suatu lubang, pasti kemudahan akan mencarinya hingga bisa merangsek masuk. Dan kesulitan tidak akan bisa mengalahkan kemudahan. Dalam arti, kemudahan pasti akan menang.
Hadirin Hafidhakumullâh
Baca halaman berikutnya..