قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. (Qs. Al-Ikhlas, Ayat 1)
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
Allah tempat meminta segala sesuatu. (Qs. Al-Ikhlas, Ayat 2)
لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ
(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. (Qs. Al-Ikhlas, Ayat 3)
وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Qs. Al-Ikhlas, Ayat 4)
Ma’asyirol muslimin hafizhakumullah
Berikut beberapa pelajaran penting dari surah mulia ini:
1. Turunnya surah ini berkenaan dengan orang-orang yang menanyakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang sifat dan nasab Allah Ta’ala.
2. Surah al Ikhlas ini seperti sepertiga al Quran, sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
“QUL HUWALLAAHU AHAD menyamai sepertiga Al-Qur’an.” (H.R. At Tirmidzi 2899)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَقْرَأُ عَلَيْكُمْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ فَقَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ حَتَّى خَتَمَهَا
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ keluar dan bersabda, “Saya akan membacakan kepada kalian (surah yang menyamai) sepertiga Al-Qur’an.” Maka beliau pun membaca, “QUL HUWALLAHU AHAD.” Beliau membacanya hingga selesai. (H.R. Muslim 812)
Hal tersebut berdasarkan bahwa yang terkandung dalam al Quran terdapat 3 pembagian: tauhid, hukum, dan kisah. Surah al Ikhlas ini mencakup di dalamnya pembahasan tauhid yang termasuk sepertiga al Quran.
3. Perintah Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam dan kepada siapa saja yang mengikuti beliau untuk mengatakan Dialah Allah yang Maha Esa dalam rububiyahNya, uluhiyahNya, nama-nama dan sifat-sifatNya, tidak ada yang bersekutu denganNya makhluk apa pun itu.
4. Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat kepadaNyalah kita meminta segala sesuatu, digantungkannya segala urusan, maka segala kebutuhan kita, dalam keadaan susah maupun senang, semuanya kita serahkan kepada Allah Ta’ala, dan melaporkannya kepadaNya, dan berkeluh kesah kepadaNya semata. Allah Ta’ala berfirman tentang perkataan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam,
قَالَ إِنَّمَآ أَشۡكُواْ بَثِّي وَحُزۡنِيٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ
Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Qs Yusuf, Ayat 86)
Jama’ah Jumat rahimakumullah
5. Ketika kita mengetahui bahwa segala kebutuhan kita bergantung kepada Allah Ta’ala semata, maka kita seharusnya, tidak boleh tidak, wajib dan harus bagi kita untuk mengesakan Allah Ta’ala semata dalam penyembahan kepadaNya, tidak kepada selainNya
6. Allah ‘Azza wa Jalla tidak beranak, tidak melahirkan, tidak memiliki keturunan. Tidak sebagaimana yang dikatakan orang-orang musyrik bahwa para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَيَجۡعَلُونَ لِلَّهِ ٱلۡبَنَٰتِ سُبۡحَٰنَهُۥ وَلَهُم مَّا يَشۡتَهُونَ
Dan mereka menetapkan anak perempuan bagi Allah. Mahasuci Dia, sedang untuk mereka sendiri apa yang mereka sukai (anak laki-laki). (Qs An-Nahl, Ayat 57)
أَفَأَصۡفَىٰكُمۡ رَبُّكُم بِٱلۡبَنِينَ وَٱتَّخَذَ مِنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنَٰثًاۚ إِنَّكُمۡ لَتَقُولُونَ قَوۡلًا عَظِيمٗا
Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya). (Qs. Al-Isra’, Ayat 40)
Begitupun dengan perkataan Yahudi dan Nasrani. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ عُزَيۡرٌ ٱبۡنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ ٱللَّهِۖ ذَٰلِكَ قَوۡلُهُم بِأَفۡوَٰهِهِمۡۖ يُضَٰهِـُٔونَ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُۖ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih putra Allah.” Itulah ucapan yang keluar dari muluṭ mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (Qs. At-Taubah, Ayat 30)
7. Allah Ta’ala tidak diperanakkan, tidak memiliki bapak dan ibu, tidak pula pasangan hidup. Allah Ta’ala berfirman,
بَدِيعُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُۥ وَلَدٞ وَلَمۡ تَكُن لَّهُۥ صَٰحِبَةٞۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَيۡءٖۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ
Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Qs. Al-An’am, Ayat 101)
Tidak ada sesuatu pun yang mendahuluiNya, dan tidak pula sebelumNya dan setelahNya. Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ ٱلۡأَوَّلُ وَٱلۡأٓخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلۡبَاطِنُۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ
Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin;dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs. Al-Hadid, Ayat 3)
8. Tidak ada yang menyamai Allah Ta’ala, tidak ada yang menandingiNya, tidak ada yang serupa denganNya, tidak ada sepadan denganNya, tidak ada yang setara denganNya, baik dalam rububiyah, uluhiyah, maupun nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala.
Baca halaman berikutnya..