Khutbah Jumat Singkat PDF NU Terbaru: Renungan Akhir Sya’ban Jelang Ramadhan (B. Indonesia)

Khutbah Jumat Akhir Bulan Sya'ban
Ilustrasi I'tikaf di Masjid

Jikalau kita merasa amal baik lebih mendominasi dalam kehidupan kita, maka janganlah besar hati, karena itu menunjukkan buruknya amal hati kita. Dan biasanya perasaan tersebut (merasa diri baik) akan menyeret manusia dalam kehinaan dan ketakabburan.

Ingatlah sebuah maqalah atau pesan yang menyatakan bahwa: Orang baik adalah merasa dirinya buruk, dan orang buruk adalah mereka yang mengaku dirinya baik. Namun jika hasil kalkulasi itu menjadikan diri semakin merasa kurang baik, maka segeralah menambahkan berbagai amal kebaikan, selagi umur masih di kandung badan, semoga Allah Yang Maha Kuasa memanjangkan umur kita hingga menikmati bulan Ramadhan yang suci.

Bacaan Lainnya

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Para orang tua kita menyebutkan bulan Sya’ban dengan nama bulan ruwah, yang sangat identik dengan kata arwah. Sebenarnya kata ruwah atau arwah hanyalah sebagai penanda bahwa bulan Sya’ban adalah bulan paling tepat untuk mengingatkan manusia akan wacana akhirat mulai dari sakaraul maut, kematian, alam kubur dan alam akhirat.

Sesungguhnya mengenang kematian dengan datang ke kuburan atau mengirim doa arwahan adalah banyak faedahnya bagi kita yang masih ada umur di dunia. Karena hal itu bisa menyemangati diri meningkatkan dan melipatgandakan amal di bulan Ramadhan nanti, dan akan menambah rasa takut dalam diri hingga senantiasa menghindari segala dosa.

Hadirin yang Dirahmati Allah SWT

Mengenai keadaan alam kubur, ada sebuah hikayat yang patut untuk disimak. Hikayat yang diceritakan melalui Abu Bakar al-Ismaili bahwasanya Sayyidina Utsman bin Affan tidak meneteskan air mata ketika digambarkan kepedihan neraka dengan segala siksanya. Dirinya juga tidak menangis ketika dijabarkan mengenai kedahsyatan hari kiamat. Demikian juga tetap kuat mendengarkan gambaran tentang kehidupan di akhirat. Akan tetapi ia menangis ketika diterangkan tentang kehidupan di alam kubur.

Kenapa bisa demikian? Sayyidina Utsman menjawab: Jika saya berada di dalam neraka, saya masih bersama-sama manusia. Jika saya di hari kiamat nanti, saya juga masih bersama-sama dengan manusia lainnya. Tapi jika saya di dalam kuburan, maka saya sendirian tidak ada teman yang menemani. Sedangkan kunci kuburan itu ada pada malaikat Israfil yang hanya akan membukanya ketika kiamat tiba.

Demikianlah Sayyidina Utsman gentar dengan kehidupan di dalam kubur. Karena sesungguhnya kuburan itu adalah salah satu lubang dari lubang neraka atau tempat yang menyengsarakan bagi mereka yang hidupnya penuh dengan dosa. Dan menjadi bagian dari taman surga bagi mereka yang beramal salih. Demikianlah hadits Rasulullah SAW

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنما القبر روضة من رياض الجنة أو حفرة من حفر النار

Artinya: Maka kuburan adalah serambi akhirat atau miniatur akhirat yang penuh dengan pembalasan amal.

BACA HALAMAN BERIKUTNYA..

Pos terkait