Di antara contoh itu adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Idris asy-Syafii, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafií. Beliau wafat dalam usia 54 tahun.
Meski usia beliau tidak panjang, namun semasa hidupnya mampu menghasilkan banyak kebaikan seperti karya-karya yang sangat penting bagi kaum muslimin.
Jamaah Jumat yang Mulia
Dari apa yang dijelaskan dan dicontohkan oleh Sayyid Abdullah al-Haddad di atas sangatlah jelas bahwa pemahaman literal tentang umur yang baik hanyalah umur panjang yang dipenuhi dengan kebaikan masih memiliki kekurangan.
Pemahaman ini memang tidak salah, hanya belum akomodatif terhadap fakta bahwa banyak orang salih tidak berumur panjang. Orang-orang seperti ini meskipun tidak berumur panjang, namun amal-amal kebaikannya sangat banyak sebagaimana Imam Syafií dan Imam al-Ghazali.
Oleh karena itu, sekali lagi, sebaik-baik umur adalah umur yang diberkati Allah Subhanahu Wa Tala. Hal ini meliputi umur panjang dan banyak digunakan untuk melakukan amal-amal salih dan kebajikan-kebajikan lain.
Selain itu adalah umur yang tidak panjang namun banyak digunakan untuk mengerjakan kesalihan-kesalihan hingga pada tingkat tertentu yang setara atau malahan lebih banyak dari mereka yang berumur panjang.
Terhadap kelompok kedua, yakni mereka yang tidak berumur panjang namun banyak mengerjakan kesalihan-kesalihan dan kebajikan-kebajikan seperti Imam Syafi’i dan Imam al-Ghazali, Sayyid Abdullah al-Haddad menyebutnya sebagai hamba-hamba Allah yang terpilih dan diberkati sehingga amal kebaikannya sangat banyak dan mungkin lebih banyak dan lebih terasa manfaatnya dari pada yang dipanjangkan umurnya.
Jamaah yang Terhormat
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..