Perkembangan dunia teknologi semakin lama semakin canggih sehingga merubah gaya dan pola hidup manusia. Salah satunya kebiasaan update status di media sosial yang terhubung dengan ribuan bahkan jutaan orang di internet. Mereka memanfaatkan medsos untuk update status aktifitas sehari-hari.
Pertanyaannya, tahukah kita bahwa itu mendekati pamer atau riya’? Padahal kita tahu bahwa salah satu penyakit yang harus dihindari adalah riya’ atau suka pamer. Oleh sebab itu, teks khutbah singkat padat ini mengangkat judul “Update Status Medsos Bisa Tergolong Riya”.
Khutbah jum’at NU bahasa indonesia ini tersedia dalam bentuk PDF dan bisa download pada menu yang telah disediakan. Khutbah singkat ini berdurasi sekitar 10 menit.
Mohon maaf kami tidak menyedikan format Ms. Word. Apabila Anda ingin mengedit naskah jum’at singkat padat ini bisa copy paste pada website kami. Semoga bermanfaat.
KHUTBAH JUM’AT PERTAMA
اَلحَمِدُ لِلّهِ الَّذِى يَعْلمُ السِّرَّ وأخْفَى, يَعْلَمُ خَائِنّةَ اللأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِى الصُّدُوْرَ, وَمَا يَعْزُبُ عّنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِى السَّمَاءِ وَلَا أصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أكْبَرَ إلَّا فِى كِتَابٍ مُبِيْنٍ. أحَمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى نِعَمِهِ وَهُوَ لِلْحَمْدِ أهْلٌ , وَأشْكُرُهُ عَلَى إحْسَانِهِ فَهُوَ الْمُحْسِنُ الْمُتَفَضِّلُ. وَأشْهَدُ أنْ لَا إلهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأشْهَدُ أنَّ سَيِّدَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ عبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ, وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ فِى سِرِّهِ وَعَلَانِيَّتِهِ
أمَّا بَعْدُ: فَيَا عِباَدَ اللّهِ!! اِتَّقُوا اللَّهَ! وَاعْلَمُوا أنَّ تَقْوَاهُ هُوَ الزَّادُ الَّذِى لَا يَفْنَى, وَهُوَ المُوْصِلُ اِلَى اللَّهِ, وَهُوَ الَّذِى يَقِى مَصَارِعَ السُّوْءِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Ma’asyirol muslimin, hafidlo kumulloh
Marilah senantiasa kita bertaqawa kepada Alloh swt dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjahui larangan-larangan-Nya.
Ma’asyirol muslimin, hafidlo kumulloh
Ikhlas dalam beramal adalah kewajiban yang paling wajib, taat yang paling baik dan ia merupakan dasar dari semua amal kebaikan. Jika amal itu lepas dari ikhlas, maka amal itu tidak berguna lagi dan tidak ada pahala untuknya di dunia dan akhirat. Bahkan tidak adanya ikhlas dalam beramal bisa dikategorikan sebagai asy-syirk al-shghor (syirik kecil). Inilah yang disebut dengan riya’ (pamer amal kebaikan). Riya’ termasuk penyakit hati yang sekaligus dapat menghapus pahala amal kebaikan.
اَلرِّيُاءُ طَلَبُ المَنْزِلَةِ فِى قُلُوْبِ النَّاسِ, بِأنْ يُرِيَهُم الخِصَالَ الْمَحْمُوْدَةََ. والرَّائِ هُوَ الْعَامِلُ (الغزالي)
Riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. (Al-Ghozali)
اَلرِّيُاءُ هُوَ إظْهَارُ الْعِبَادَةِ لِقَصْدِ رُؤْيَةِ النَّاسِ لَها لِيَحْمَدُوْا صَاحِبَهَا (الحافظ إبن حجر العسقَلانى فى فتح الباري)
Riya’ adalah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amal tersebut. (Al-Hafidz Ibnu Hajar as-Asqolani)
Ma’asyirol muslimin, hafidlo kumulloh
Riya’ inilah yang paling dikhawatirkan nabi Muhammad SAW menimpa ummatnya. Rasululloh SAW bersabda:
إنَّ أخْوَفَ مَا أخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأصْغَرُ, قَالُوْا وَمَا الشِّرْكُ الْاَصْغَرُ يَارَسُوْلَ اللَّهِ؟ قَالَ الرِّيَاءُ. يَقُوْلُ ُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إذَا جَزَى النَّاسَ بِأعْمَالِهِمْ, يَقُوْلُ: إذْهَبُوْا إلَى الَّذِيْنَ تُرَاؤُنَ فِى الدُّنْيَا, فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزاءًا. (رواه أحمد)
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kalian ialah syirik ashghor. Mereka bertanya:”Apa syirik ashghor itu? Beliau menjawab: Riya’. Alloh berfirman pada hari kiamat ketika memberikan pahala kepada manusia sesuai perbuatannya.”Pergilah kalian kepada orang-orang yang kamu pemerkan prilaku amalmu di dunia, maka nantikan apakah kamu menerima balasan dari mereka itu.” HR. Imam Ahmad
Rasululloh SAW juga bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أشْرَكَ مَعِى فِيْهِ غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ (رواه أحمد)
“Barangsiapa melakukan amal, dimana dia mempersekutukan diri–Ku dengan sealain Aku dalam amal itu, maka Aku akan meninggalkan amal itu dan kemusyrikannya.” HR. Imam Ahmad.
Ma’asyirol muslimin, hafidlo kumulloh