Setelah kelahirannya, berbeda dengan anak bayi yang lain, nama Nabi telah tersematkan sebagaimana pemberian Allah. Dalam sebuah riwayat yang dicatat Imam Ibnu Hisyam dalam al-sirah al-Nabawiyyah dikatakan:
أَنَّ آمِنَةَ بِنْتَ وَهْبٍ أُمَّ رَسُولِ اللَّهِ كَانَتْ تُحَدِّثُ أَنَّهَا أُتِيَتْ، حِينَ حَمَلَتْ بِرَسُولِ اللَّهِ فَقِيلَ لَهَا: إنَّكِ قَدْ حَمَلْتِ بِسَيِّدِ هَذِهِ الْأُمَّةِ، فَإِذَا وَقَعَ إلَى الْأَرْضِ فَقُولِي: أُعِيذُهُ بِالْوَاحِدِ، مِنْ شَرِّ كُلِّ حَاسِدٍ، ثُمَّ سَمِّيهِ مُحَمَّدًا
Artinya; Sesungguhnya (Sayyidah) Aminah binti Wahab, Ibu Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menceritakan bahwa beliau didatangi seseorang (Malaikat) ketika mengandung Rasulullah, kemudian dikatakan kepadanya: “Sesungguhnya engkau mengandung pemimpin umat ini. Ketika dia lahir ke dunia ini, ucapkanlah: “Aku memohon perlindungan untuknya pada yang Maha Esa dari keburukan setiap orang-orang yang hasud, kemudian namai dia dengan nama Muhammad.”
Hadirin jamaah jum’ah Rahimakumullah
Begitu juga dengan sang kakek, Abdul Muthalib. Sang Kakek mendapatkan inspirasi nama Muhammad dari mimpinya. Jadi, pada saat cucunya lahir, Abdul Muthalib membawanya ke dalam Ka’bah dan bertawaf.
Setelah itu, ia keluar dan melewati kerumunan massa. Mereka kemudian bertanya kepada Abdul Muthalib perihal nama cucunya itu. Maka dijawablah kalau nama cucunya adalah Muhammad.
Dengan nama itu, tentu saja orang-orang kembali bertanya alasan dinamakan Muhammad. Karena menurut mereka, nama Muhammad terdengar asing. Tidak seorangpun dari nenek moyang mereka, bahkan dikalangan bangsa Arab juga terdengar asing.
Kemudian Abdul Muthalib menjawab alasannya, “Sesungguhnya aku menginginkan semua penduduk bumi memuji cucuku”.
Memang secara bahasa, Muhammad berarti dipuji atau terpuji.
BACA HALAMAN SELANJUTNYA..