Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Berdzikir disini bukan hanya mengucap kalimat tauhid maupun puji-pujian yang berbentuk lisan seperti Subhanallah, La Ila Ha Illah tetapi bisa diartikan lebih luas. Ingat Allah tanpa diucapkan dengan lisan juga termasuk dzikir.
Misalnya, kita sedang duduk-duduk santai kemudian melihat semut yang sedang mencari makan. Kemudian kita ingat pada kebesaran Allah SWT bagaimana Allah menghidupkan semut, bagaimana Allah memberinya makan, menjadikan semut bisa berkembangbiak dan lain sebagainya.
Begitu juga ketika ditengah-tengah aktifitas kemudian ingat Allah maka hal ini termasuk dzikir kepada Allah. Syukur-syukur kita bisa menyebut Subahanallah (baik secara lisan maupun hati), Karena ketika seseorang mengucapkan Subhanallah, Allah tuliskan untuknya 20 derajat, Allah gugurkan darinya 20 dosa dan Allah tuliskan untuknya 20 kebaikan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
KEDUA, HATI YANG BERSYUKUR
Hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hati yang mengakui bahwa semua nikmat yang yang ia peroleh berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hati yang selalu berucap dan berterima kasih kepada Allah. Disaat ia makan, hati tersebut yakin bahwasanya inilah nikmat Allah, maka lisannya pun berucap Alhamdulillah. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) sesudah makan dan minum.” (HR. Muslim)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..