Ketika hati seseorang sehat, tidak banyak berisi syahwat dan syubhat, anggota badan pun akan mengikutinya. Karena, anggota badan akan jadi baik jika hatinya baik. Ia juga menjadi rusak, jika hatinya rusak. Oleh sebab itu, selain menjadi obat penyembuh bagi penyakit hati dan jiwa, Al-Qur’an juga menjadi obat penyembuh penyakit fisik.
Asy-Syinqithi dalam kitabnya, Tafsir Adhwa’ul Bayan mengatakan Al-Qur’an adalah obat penyembuh yang mencakup obat bagi penyakit hati dan jiwa, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Namun selain itu Al-Qur’an bisa juga menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit.
Ibnul Qayyim dalam kitabnya, Zad al-Ma’ad, menjelaskan, Al-Qur’an adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat.
Tidak setiap orang diberi keahlian dan taufik untuk menjadikannya sebagai obat. Jika seorang yang sakit konsisten berobat dengannya dan meletakkan pada sakitnya dengan penuh kejujuran dan keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan yang kukuh, dan menyempurnakan syaratnya, niscaya penyakit apa pun tidak akan mampu menghadapinya.
Kepada sahabat yang sakit, Rasulullah saw kerap kali berpesan, bagi kalian ada obat penyembuh, yakni madu dan Al-Qur’an (HR Ibnu Majah dan al-Hakim). Begitupun jika kita mengimani bahwa Al-Qur’an sebagai asy-syifa (sarana penyembuhan), maka perbanyaklah membaca Al-Qur’an karena ia adalah obat.
Hadirin Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Lalu bagaimanakah cara Rasulullah berobat dengan menggunakan Al-Qur’an?
Pertama, berobat dengan surat al-Fatihah.
Hal ini seperti yang dilakukan sahabat yang membacakan surat al-Fatihah kepada seorang pemimpin kampung yang tersengat kalajengking lalu Rasulullah membenarkan tindakan sahabat itu.
Dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat Nabi dahulu berada dalam perjalanan jauh, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah (melakukan pengobatan dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an) karena pembesar kampung tersengat binatang atau terserang demam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.” Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat al-Fatihah.
Baca halaman selanjutnya..