بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah semata, tidak disekutukanNya dengan apa pun”
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Jika kita bandingkan doa Nabi Nuh dengan doa Nabi Muhammad SAW tersebut, maka setidaknya ada dua perbedaan yang jelas:
Pertama, Nabi Nuh seperti telah putus asa dalam berdakwah kepada umatnya karena sebagian besar dari mereka menolak dan tidak mau beriman kepada Allah SWT. Mereka bahkan menganggap Nabi Nuh orang gila.
Dengan penolakan seperti itu, Nabi Nuh seperti tidak lagi memiliki kesabaran dan harapan bahwa mereka dan anak-anak turun mereka suatu ketika akan beriman kepada Allah.
Hal seperti ini, tidak terjadi pada Nabi Muhammad SAW yang secara jelas tetap memiliki kesabaran dan harapan bahwa suatu ketika anak turun orang-orang Thaif akan beriman dan mengikuti jejak beliau.
Kedua, Doa Nabi Nuh yang memohon kepada Allah SWT untuk membinasakan umatnya agar lenyap dari muka bumi ini, sebenarnya doa negatif. Doa seperti itu sangat berbeda dengan doa yang dipanjatkan Nabi Muhammad SAW.
Beliau justru memohon kepada Allah SWT agar orang-orang Thaif yang menentang beliau tetap diberi hak hidup dan diberi keturunan. Nabi Muhammad SAW memohon kepada Allah kelak di kemudian hari anak turun orang-orang Thaif mau beriman dan mengikuti jejak beliau.
Sidang Jum’ah rahimakumullah
Dari membandingkan bagaimana Nabi Nuh dan Nabi Muhammad SAW berdoa terkait dengan umat masing-masing yang sama-sama menentang, kita tahu bahwa sekalipun setiap doa Allah yang mengabulkan, namun doa negatif atau tidak baik akan bermasalah di hadapan Allah SWT. Manusia harus mempertanggung jawabkan semua doa baik mupun buruk di hadapan Allah.
Nabi Nuh berdoa memohon agar umatnya binasa dari muka bumi ini karena mungkin sangat marah dan putus asa. Allah memang mengabulkan doa itu meskipun sebenarnya Allah tidak menyukainya. Dan yang sangat menyedihkan adalah putranya sendiri bernama Kan’an dan istri beliau bernama Wali’ah binasa akibat doa itu dalam keadaan tidak beriman kepada Allah. Selain itu, Nabi Nuh tidak diperkenankan memberikan syafa’at kepada orang lain.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..