Ayat-ayat di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa rahmat Allah yang disertai kemuliaan derajat akan diberikan kepada orang-orang yang pada saat ditimpa musibah, mereka mengatakan “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” serta meyakini maknanya. “Inna lillah” artinya ridha dan menerima segala ketentuan Allah dan tidak protes dan menentangnya. Baik ketentuan itu sesuai dengan apa yang kita inginkan atau pun tidak. Baik ketentuan itu membuat kita senang atau pun susah. Yang demikian itu karena kita harus meyakini secara pasti bahwa diri kita dan apa yang kita miliki adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, Allah berhak bertindak apa saja yang Ia kehendaki terhadap segala apa yang menjadi milik-Nya.
Hadirin rahimakumullah,
Diri kita, anak kita, pasangan hidup kita, rumah, harta, mobil bahkan nyawa kita sejatinya adalah milik Allah ta’ala. Kesehatan bukanlah milik kita. Jika Allah sebagai pemiliknya mengambilnya dari kita lalu kita dijadikan sakit, maka kita wajib ridha dan sabar. Harta juga bukanlah milik kita. Jika Allah sebagai pemiliknya mengambilnya dari kita lalu kita dijadikan miskin, maka kita wajib ridha dan sabar.
Anak dan pasangan kita bukan pula milik kita. Jika Allah sebagai pemiliknya mengambil mereka dan mewafatkan mereka, maka kita wajib ridha dan sabar. Kepemilikan kita terhadap itu semua hanyalah kepemilikan yang majazi, bukan kepemilikan yang hakiki. Semuanya itu sejatinya hanyalah amanah yang Allah titipkan kepada kita.
Karena hanya titipan, jika sewaktu-waktu diambil oleh pemiliknya, maka kita wajib menerima dengan sikap ridha dan menghadapinya dengan penuh kesabaran. Karena hanya titipan, maka kita tidak boleh dan tidak sepatutnya menyombongkan diri, sebanyak apa pun harta kita, setampan dan secantik apa pun kita.
Kaum Muslimin rahimakumullah,
“Wa Inna ilaihi raji’un” artinya kita semua pada akhirnya akan memperoleh balasan dari Allah ta’ala. Balasan yang diperoleh tentu sesuai dengan kadar iman dan amal shalih masing-masing. Orang yang imannya sempurna, begitu keluar dari dunia dan memasuki alam barzakh, maka tidak ada sedikit pun yang membuatnya susah dan sengsara.
Setiap saat, setiap detik ia akan merasakan kenikmatan dan kebahagiaan. Keadaannya bagaikan orang yang pada awalnya hidup susah dan merasakan pengapnya penjara yang sempit lalu keluar dari penjara dan menghirup udara bebas dan merasakan kelapangan hidup. Atau ibarat orang yang awalnya kelaparan di musim paceklik lalu hidup sejahtera dan sentosa.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..