Kenapa bukan Allah langsung menanyakan kepada kekasih-Nya? Kenapa mesti melalui Jibril? Apa hikmahnya?
Allah hendak memberi tahukan kepada Jibril, seluruh Malaikat, Jin, manusia bahkan kepada seluruh makhluk bahwa Muhammad itu adalah “Kekasihku”.
Maka turunlah Jibril menemui Habibunaa Muhammad dan mengatakan:
“Yaa Habiballah. Sesungguhnya Allah Tuhan-Mu mengirim salam Kepada-Mu dan menanyakan apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis?”
Jawab Habibunaa Muhammad:
“Wahai Jibril, yang menyebabkan Saya menangis, Saya teringat ucapan terakhir saudara-Ku ‘Isa Ibnu Maryam (Nabi ‘Isa AS) sebelum diangkat oleh Allah SWT yang ada dalam Al Qur’an Surah Al Maidah Ayat 118:
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”.
Wahai Jibril, dengan ucapan ‘Isa ini menandakan ‘Isa berlepas tangan terhadap urusan ummat-Nya, tidak mau bertanggung jawab lagi, semua urusan ummat-Nya telah di serahkan-Nya secara bulat-bulat kepada Allah. Apakah Allah mau menyiksa atau mengampuni.
Tapi Saya wahai Jibril, sesungguhnya tidak mau berpisah dengan umatku di dunia ini kalau tidak ada JAMINAN KESELAMATAN BUAT UMMATKU dari Allah”.
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah,
Atas jawaban Nabi Muhammad tersebut, akhirnya malaikat Jibril kembali melapor kepada Allah tentang pertemuannya dengan Habibullah Muhammad, padahal Allah lebih mengetahuinya.
Kemudian Jibril diperintahkan turun kembali dan membawa satu Surah dalam Al Qur’an yaitu Surah Ad Dhuhaa.
Setelah Jibril selesai membaca Surah ini, kemudian Jibril mengulang-ulang Ayat 5
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ
“Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..