Toleransi juga tidak memaksakan kehendak pribadi atau golongan agar golongan lain ikut serta dalam kegiatannya.
Ingat… Toleransi adalah membiarkan bukan mengikuti.
Jadi kalau ada ritual salah satu agama lain maka kita dituntut agar membiarkan dengan kata lain tidak mengganggu, tidak menghina tidak mencaci maki tidak membujuk dengan iming-iming agar ritual tersebut dihentikan, atau agar mereka pindah agama kita.
Bukan juga malah kita yang ikut-ikutan ritual tersebut karena keliru memahami makna toleransi itu sendiri.
Apa yang sudah menjadi bagian dari Agama kita lakukanlah dengan sungguh-sungguh, dan apa-apa yang sudah menjadi bagian dari agama orang lain, maka biarkanlah.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ . لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ . وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ . وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ . لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Artinya: Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.
Mas’asyiral muslimin Rahimakumullah
Di dalam kitab Ibnu Katsir menjelaskan bahwa asbabun nuzul Surat Al Kafirun berawal dari orang-orang kafir Quraisy yang mengajak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun, lalu mereka akan menyembah Allah selama satu tahun. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan surat ini.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..