Materi Kultum PDF Terbaru: 4 Hikmah Siyariatkan Puasa Ramadhan

ramadhan kareem
ramadhan kareem

Ada banyak hikmah dibalik disyariatkannya puasa, di antara hikmah tersebut disebutkan oleh Syekh Muhammad Ali As-Shabuni dalam kitabnya sebagai berikut:

   وعرف سر حكمته العقلاء والعلماء فأدركوا بعض فوائده وأسراره وأيدهم فى ذلك الأطباء, فرأو في الصيام أعظم علاج وخير وقاية وأنجح دواء لكثير من الأمراض الجسدية التي لا ينفع فيها إلا الحمية الكاملة والإنقطاع عن الطعام والشراب مدة من الزمان  

Bacaan Lainnya

Artinya: “Para cendekiawan dan ulama mengetahui rahasia hikmah dibalik disyariatkannya puasa. Mereka menemukan banyak faidah dan rahasia di dalamnya. Dikuatkan juga oleh para pakar kesehatan yang melihat bahwa dalam puasa terdapat penanganan dan penjagaan yang baik, juga obat yang paling mujarab bagi banyak penyakit pada tubuh yang tidak dapat ditangani kecuali oleh penjagaan sempurna, serta memutus dari makan dan minum untuk beberapa waktu”. (Muhammad Ali As-Shabuni, Rawaiul Bayan, juz I, halaman 217).

Lebih lanjut, Syekh As-Shabuni menyebutkan empat hikmah disyariatkannya puasa. Secara ringkas empat hikmah puasa itu adalah:

Pertama, puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang disyariatkan untuk melatih manusia tunduk dan patuh terhadap perintah Allah.

 فإن الله عز وجل ما شرع العبادات إلا ليربي فى الإنسان (ملكة التقوى) وليعوده على الخضوع والعبودية والإذعان لأوامر الله العلي القدير. فالصيام عبودية لله، وامتثال لأوامره، واتقاء لحرمته.  ولهذا جاء فى الحديث القدسي: كل عمل ابن أدم له إلا الصوم، فإنه لي وأنا أجزي به، يدع طعامه وشرابه من أجلي. فشعور الإنسان بالعبودية لله عز وجل والإستسلام لأمره وحكمه هو أسمى أهداف العبادة وأقصى غاياتها 

Artinya: “Allah tidak akan mensyariatkan ibadah kecuali untuk mendidik manusia (membentuk kemampuan b​​​​​​ertakwa), membuatnya terbiasa untuk tunduk, beribadah dan patuh terhadap perintah Allah. Puasa merupakan bentuk penghambaan kepada Allah, melaksanakan perintah-Nya dan menjaga kehormatan-Nya. Karenanya dalam hadits qudsi disebutkan: “Setiap perbuatan yang dilakukan oleh anak Adam itu miliknya kecuali puasa. Puasa milik-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Ia meninggalkan makan dan minum karena-Ku.” Maka penghambaan yang dilakukan oleh manusia kepada Allah dan penyerahan total dirinya terhadap perintah dan hukum Allah merupakan tujuan utama disyariatkannya ibadah.” (As-Shabuni, Rawaiul Bayan, I/217).

BACA HALAMAN BERIKUTNYA..

Pos terkait