Teks Khutbah Jumat PDF Singkat Indonesia: Tips Puasa Komentar di Media Sosial

Teks Khutbah Jumat PDF Singkat
Gambar Ilustrasi Komentar Media Sosial

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Media sosial itu ibarat pisau. Ia penting sejauh dibutuhkan untuk hal-hal bermanfaat, seperti mengiris sayur, memotong daging, dan keperluan memasak lainnya. Namun, pisau juga berbahaya ketika ia digunakan secara sembarangan atau untuk kepentingan yang tidak semestinya.

Bacaan Lainnya

Media sosial adalah sarana yang bisa membuat kita produktif dan kreatif, tetapi bisa juga mengecoh dan menyebabkan kemalasan. Media sosial memfasilitasi kita dapat bersilaturahim dan menjalin keakraban dengan kolega yang berjauhan, tetapi juga bisa memfasilitasi kita dalam merusak hubungan dan menyulut permusuhan.

Media sosial memudahkan kita untuk belajar dan menimba banyak wawasan, tetapi juga bisa membuat kita gampang terprovokasi dan terjerumus dalam kesesatan. Dari sini kita sadar betapa pentingnya berhati-hati menggunakan akun media sosial kita.

Kuncinya ada tiga, yaitu tidak gampang mengunggah (posting), tidak gampang menelan informasi, dan tidak gampang membagikan, sebelum benar-benar dipastikan konten itu benar dan membawa maslahat.

Benar saja seringkali tidak cukup, tanpa jaminan bahwa konten tersebut juga tidak akan menimbulkan mudarat. Maka pantaslah Rasulullah mengingatkan,

 ‎وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَـصْمُتْ

Artinya: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam” (HR al-Bukhari).

Pesan maha penting dalam hadits ini terlihat dari dikaitkannya perintah untuk berhati-hati dalam berkata dengan keimanan kepada Allah dan hari akhir. Di era media sosial seperti sekarang, bunyi instruksinya kira-kira selaras dengan nasihat seperti ini, “Jika tidak bisa membuat konten atau komentar yang baik di media sosial, maka berhentilah bermedia sosial. Itu berdampak pada kesempurnaan imanmu.”

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Salah satu godaan yang paling sukar dihindari oleh pengguna media sosial adalah berkomentar atau menanggapi semua hal, terutama terkait isu yang sedang viral. Masalah muncul ketika mereka mengabaikan otoritas atau kelayakan diri untuk berkomentar.

Padahal, setiap topik pembicaraan memiliki ahli masing-masing. Ahli medis layak bicara tentang kesehatan, ahli fiqih pantas bicara soal hukum Islam, pakar ilmu politik layak bicara tentang politik.

Tidak sepantasnya siapa saja bebas bicara apa saja di luar kapasitasnya. Inilah yang dinamakan menggunakan kebebasan secara tidak bertanggung jawab, yakni ketika para amatir ikut berkomentar sembarangan tentang apa yang tidak dikuasainya.

BACA HALAMAN BERIKUTNYA..

Pos terkait