Sungguh putus asa merupakan sikap tercela, yang melemahkan semangat dan akal pikiran, menumbuhkan sikap pesimis, serta menghilangkan rasa percaya diri.
Putus asa adalah perbuatan terlarang di dalam Islam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Taala: Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir. (QS Yusuf: 87).
Sebaliknya, mari kita lawan putus asa atau pesimisme dengan sikap sebaliknya, yakni menghadapi setiap keadaan dengan penuh harapan. Langit tak selamanya mendung, musim tak selamanya kemarau, dan hidup tak selamanya tangis dan duka. Adakalanya langit tampak cerah, musim panen akan tiba, dan sengsara pun berakhir dengan kebahagiaan.
Bersikap optimis berarti menjauh dari stres, fobia, dan depresi, serta bahaya stroke. Ia tidak mudah kagetan dengan musibah yang menimpa.
Orang yang optimis akan lebih mudah berdamai dengan keadaan, percaya diri, berpikir positif, penuh kesadaran diri, dan tangguh menghadapi masalah. Umat Islam yang optimistis akan semangat berjuang, dan menjadikan ibadah dan doa sebagai senjata ampuh untuk meraih hidup yang lebih baik.
Jamaah Rahimakumullah
Dalam Islam, sikap optimis biasa disebut raja’ atau harapan, yakni perasaan penuh harap akan surga dan berbagai kenikmatan lainnya, sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Raja’ termasuk akhlakul karimah yang bermanfaat dalam mempertebal iman, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan mendatangkan rahmat-Nya. Raja’ merupakan sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang salih.
Menurut Ibnul Qoyyim dalam Madarijus-Salikin bahwa orang-orang yang mengerti telah bersepakat bahwa raja’ tidak akan sah kecuali jika dibarengi dengan amalan. Oleh karena itu, tidaklah seseorang dianggap mengharap apabila ia tidak beramal. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..