Di antara kewajiban hati adalah bertawakal kepada Allah, yaitu bersandar dalam segala urusan kepada Allah. Wajib bagi kita bersandar kepada Allah, karena Allah-lah pencipta manfaat dan mudarat serta pencipta segala sesuatu. Tidak ada yang mengenakan bahaya dan memberikan manfaat secara hakiki kecuali hanya Allah. Jika seorang hamba telah meyakini hal itu, maka dia akan bersandar kepada Allah dalam urusan rezeki dan keselamatan dari berbagai macam bahaya. Jadi, tawakal hakikatnya adalah percaya sepenuh hati kepada Allah ta’ala. al Junaid al Baghdadi berkata:
اَلتـَّوَكَّلُ هُوَ تَرْكُ الْاِ عْتِمَا دِالْحَقِيْقِيِّ عَلَى غَيْرِ اللّٰهِ
“Tawakal adalah meninggalkan bersandar secara hakiki kepada selain Allah.”
Orang yang bertawakal kepada Allah akan menjauhi perbuatan yang diharamkan oleh Allah, seperti melakukan praktek sihir dan mendatangi para dukun dan peramal. Karena Nabi shallallahu ‘alaih wasallam telah bersabda:
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Maknanya: “Barang siapa mendatangi peramal atau dukun lalu mempercayai apa yang ia katakan (meyakini bahwa dukun dan peramal mengetahui semua yang ghaib), maka dia telah kafir terhadap ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.” (HR. al Hakim)
Kahin (peramal) adalah orang yang memberikan informasi tentang hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan dating. Biasanya peramal bekerja sama dengan jin. Jin mendatanginya dengan berbagai macam informasi. Lalu peramal berpedoman kepada informasi dari jin itu dan berbicara kepada orang-orang bahwa akan terjadi ini dan itu.
‘Arraf (dukun) adalah orang yang berbicara tentang peristiwa yang telah terjadi dan berlalu, seperti tentang barang yang dicuri dan semacamnya.
Hadits di atas bermakna bahwa barang siapa mendatangi peramal atau dukun dan meyakininya mengetahui semua yang ghaib, maka dia telah kufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena tidak ada satu pun yang mengetahui segala yang ghaib secara keseluruhan kecuali Allah. Allah ta’ala berfirman:
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ٱلْغَيْبَ إِلَّا ٱللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
Maknanya: “Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (Q.S. an-Naml: 65)
Akan tetapi jika seseorang menduga bahwa apa yang dikatakan peramal atau dukun itu bisa benar sesuai kenyataan atau salah, maka ia tidak kafir. Melainkan ia telah jatuh pada perbuatan maksiat, karena bertanya kepada mereka adalah sesuatu yang dilarang dalam agama.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa sebagian dari jin terkadang mencuri dengar dari para malaikat yang ditugaskan untuk menurunkan hujan ketika para malaikat tersebut berada di awan. Para jin naik ke sebuah tempat di dekat awan. Para jin mencuri dengar ketika para malaikat sedang berbicara di antara mereka tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi seperti kematian seseorang, kelahiran bayi, diangkatnya seseorang menduduki jabatan tertentu atau dipecatnya seseorang dari sebuah jabatan dan hal-hal lain yang Allah beritahukan kepada para malaikat. Karena memang Allah memberitahu para malaikat, para nabi dan para wali tentang sebagian perkara ghaib dan tidak memberitahukan kepada mereka seluruh perkara ghaib.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..