Download Teks Khutbah Jumat NU PDF Paling Bagus Tahun Ini: Muhasabah di Akhir Tahun

Ilustrasi Muhasabah atau Merenung
Ilustrasi Muhasabah atau Merenung

Dengan nikmat Iman dan Islam itulah kita merasa ringan untuk melangkahkan kaki menyambut seruan azan, datang memenuhi panggilan Allah, menunaikan shalat fardhu berjamaah. Dengan nikmat Iman dan Islam itu pula, kita gemar melakukan amal kebajikan, bersedekah di jalan Allah dan menolong sesama yang membutuhkan.

Untuk itulah marilah kita terus tingkatkan rasa syukur kita kepada Allah dengan senantiasa istiqamah dalam takwa, dalam melaksanakan segala perintah Allah dan sunnah-sunah Nabi-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya dan hal-hal yang tidak disukai Nabi-Nya.

Bacaan Lainnya

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Waktu berjalan begitu sangat cepat berlalu. Baru tahun kemarin berjalan, sekarang sudah akan berganti tahun lagi. Seolah baru saja kita kecil, masa sekolah, sekarang sudah bekerja, berkeluarga dan punya anak kecil.

Kita semua juga punya waktu yang sama, 24 jam dalam sehari semalam, 7 hari dalam sepekan, dan 12 bulan dalam setahun.

Namun pertanyaannya adalah apakah hari-hari yang kita lalui itu membawa perubahan yang lebih baik pada diri kita? Ataukah justru semakin hari malah semakin buruk, terutama dalam amal ibadah. Sementara umur terus bertambah, batas jatah usia justru semakin berkurang.

Untuk itu marilah kita melakukan muhasabah menghadapi sisa-sisa waktu kita di dunia.

Hadirin rahimakumullah

Tentang pentingnya muhasabah atau evaluasi diri ini, Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata:

حَاسِبُوْا أَنْفُوْسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا

Artinya: Hitung-hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung (oleh Allah).

Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulûmuddîn menyamakan Muhasabah diri dengan pedagang yang menghitung kerugian dan laba yang dihasilkan dalam satu rentang waktu tertentu.

Ketika keuntungan yang didapat, ia mensyukuri dan berusaha meningkatkannya. Demikian pun ketika merugi, ia akan mencari penyebabnya dan berusaha untuk tidak mengulanginya pada masa yang akan datang. Begitulah, mukmin yang berakal seharusnya melakukan hal yang sama terhadap amal perbuatannya di dunia selama ini.

Hal ini diingatkan oleh baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya:

الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ ، وَعَمِلَ لِمَا بعدَ المَوتِ ، والعَاجِزُ مَنْ أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ الاَمَانِيَّ

Artinya: Orang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah akalnya adalah orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya dan ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah.(HR At-Tirmidzi).

Jamaah yang berbahagia

Setidaknya ada dua garis besar yang perlu kita jadikan bahan muhasabah yang sangat menentukan kehidupan kita. Pertama muhasabah hubungan kita dengan Allah (hablum minallaah). Kedua muhasabah hubungan kita dengan sesama manusia (hablum minannaas).

BACA HALAMAN BERIKUTNYA..

Pos terkait