Allah menyebutkan di dalam ayat-Nya:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS Ali Imran : 112).
Hablum minallah dalam pengertian syariah sebagaimana dijelaskan di dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah “Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat”.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa untuk membangun hubungan kita kepada Allah, kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan hak-hak Allah. Hak-hak Allah ialah mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Hak Allah adalah menjalankan syariat Allah, beribadah kepada-Nya dengan tulus ikhlas.
Kita tulus, ikhlas, ridha dan senang, bergembira menyambut seruan azan untu shalat fardhu. Kita pun merasa ringan untuk menambah ama-amal sunnah, mulai dari shalat qabliyah dan ba’diyah, shalat Dhuha hingga shalat Tahajud. Kita pun gemar bertadarus Al-Quran, khusyu dalam dzikir dan doa, serta selalu membasahi lisan kita dengan kalimah istighfar dan shalawat.
Itu semua hak Allah yang pahala, manfaat dan hasilnya adalah untuk kita sendiri.
Jamaah Jumah Rahimakumullah..
Kedua adalah hablum minannaas. Karena kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa peran, bantuan dan kerjasama dengan orang lain.
Maka, di dalam Al-Quran acapkali terdapat ayat-ayat yang menyebutkan tentang perintah mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan hablum minallaah, sekaligus diiringi juga dengan hablum minannaas. Di antaranya:
وَاعْبُدُواْ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS An-Nisa: 36).
Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa hablum minallah dan hablum minannas adalah bagai dua sisi mata uang yang tidak boleh dipisahkan. Itulah kepribadian seorang mukmin sejati.
Untuk itu, marilah kita adakan musahabah dri sejauh mana hubungan baik kita dengan Allah, dan hubungan baik kita dengan sesama manusia.
Pepatah mengatakan, “Tak kenal maka tak sayang”. Koreksinya adalah jika hubungan kita dengan Allah masih renggang, shalat berjamaah masih belum rutin, bertadarus Al-Quran belum terbiasa, shalat Dhuha dan Tahajud belum terbiasa. Itu tandanya kita belum kenal Allah, belum paham pahalanya, dan belum menghayati hakikatnya. Dan itu bermakna pula kita belum cinta kepada Allah.
Koreksi hubungan kita dengan sesama manusia juga adalah bermakna, mari perbaiki hubungan bakti kita kepada orang tua, kita sambung ikatan silaturrahim yang terputus, kita bantu yang memerlukan, dan kita doakan kebaikan semuanya.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..