Maka, amalan ith’am ini dapat menjadi pelebur dosa bagi orang yang melakukannya hingga menjadi bagian dari hal yang mewajibkan pengamalnya mendapatkan rahmat hingga ampunan dari Allah swt.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Memang, hal ini cukup memberatkan bagi kita, terlebih bagi yang belum terbiasa. Hal ini sampai digambarkan secara langsung oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Balad ayat 11-16.
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَۖ. وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْعَقَبَةُۗ. فَكُّ رَقَبَةٍۙ. اَوْ اِطْعَامٌ فِيْ يَوْمٍ ذِيْ مَسْغَبَةٍۙ. يَّتِيْمًا ذَا مَقْرَبَةٍۙ. اَوْ مِسْكِيْنًا ذَا مَتْرَبَةٍۗ
Artinya, “Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar? (11), Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (12), (yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya) (13), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan (14), (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat (15), atau orang miskin yang sangat fakir (16).”
Karena beratnya melakukan kebajikan ini, Allah swt juga memberikan imbalan yang mewah atas perilaku orang-orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Disebutkan dalam sebuah hadits, Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah saw, “Apa hal yang jika saya kerjakan dapat mengantarkan saya masuk surga?” Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah saw menjawab, “Memberikan makan, menebarkan salam, jalin silaturrahim, shalat malam saat orang lain terlelap, maka engkau akan masuk surga dengan penuh keselamatan dan penghormatan.”
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt.
Tidak sekadar imbalan surga bagi mereka yang memiliki kebiasaan berbagi makanan. Mereka juga mendapatkan pintu dan ruang khusus di surga. Hal ini digambarkan secara langsung oleh Rasulullah saw dalam haditsnya.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..