Salah satu alasan yaitu karena Nafsu kita mempunyai kecenderungan mengajak pada hal-hal yang tidak baik, sulit, bahkan menolak diajak beribadah. Hal ini berdasarkan Firman Allah dalam Surat Yusuf ayat 53:
۞ وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Al-Imam al-Ghazali juga mengatakan:
السَّعَادَةُ كُلُّهَا فِي أَنْ يَمْلِكَ الرَّجُلُ نَفْسَهُ وَالشَّــقَــاوَةُ فِي أَنْ تَمْـلِـكَـــهُ نَفْـسُــــهُ
“Kebahagiaan adalah ketika seseorang mampu menguasai nafsunya. Kesengsaraan adalah saat seseorang dikuasai nafsunya.”
Para Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah
Oleh karena itu, mari kita mendidik nafsu di bulan Ramadhan ini, dipaksa serta dibiasakan menjalankan sholat berjamaah, membaca Al Qur’an, qiyamullail, sholat tarawih, shodaqah dan ibadah-ibadah lainnya.
Pada bulan Ramadhan ini, melalui lapar dan haus, nafsu lebih mudah untuk dididik.
Syaikh Muhyidin Ibn al-Arabi dalam kitab al-Futuhat al-Makkiyah mengisahkan, bahwa ketika nafsu pertama kali diciptakan, Allah mengatakan; “Hai nafsu, kamu siapa? Dan Aku Siapa?” Jawab nafsu; “Aku ya Aku, Kamu ya kamu”.
Akhirnya Allah memberi hukuman kepada nafsu dengan dilaparkan (puasa) hingga seribu tahun. Setelah itu kemudian ditanya lagi oleh Allah; “Hai nafsu, kamu ini siapa? Dan Aku ini Siapa?”. Jawaban nafsu sudah berubah; “Aku makhlukmu dan hambamu. Engkaulah tuhanku”.
Atas dasar Syaikh Muhyidin Ibn al-Arabi itulah, bulan Ramadhan menjadi momentum yang paling tepat untuk menundukkan nafsu kita, kita paksa agar mau menjalankan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang buruk.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..