Khutbah Jumat PDF Singkat 7 menit Bahasa Indonesia: Jaga Lisan Dari Ujaran Kebencian

Ilustrasi Menjaga Lisan
Ilustrasi Menjaga Lisan

Sebaliknya, kita semua diperintahkan untuk menyampaikan sesuatu dengan perkataan yang benar, baik, sekaligus halus. Ujaran-ujaran yang baik nan halus itu harus disampaikan tanpa pandang bulu. Kepada siapapun, kita harus berlaku demikian. Larangan mengatakan ujaran kebencian itu termaktub dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11 berikut.

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Bacaan Lainnya

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Jamaah Jumat yang berbahagia,

Nabi Musa dan Nabi Harun, Allah swt perintahkan agar tetap berkata dengan baik dan halus saat mengingatkan Fir’aun. Kita sudah maklum, bahwa Fir’aun merupakan orang yang sangat sombong nan bengis. Ia merasa paling berkuasa, berhak membunuh siapa saja dan mendaku dirinya sebagai Tuhan.

Tetapi untuk menghadapinya, bukan juga dengan laku yang sama, melainkan dengan perkataan yang penuh kelembutan. Kisah ini diceritakan di dalam Al-Qur’an Surat Thaha (20) ayat 43-44 berikut.

 اِذْهَبَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهُ طَغٰىۚ; فَقُوْلَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas maka berbicaralah kami berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (Q.S. Thaha: 43-44)

Dengan menyampaikan ujaran kebencian, sejatinya kita telah kufur nikmat. Sebab, kita telah zalim telah menggunakan lisan tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya. Lisan ini diciptakan tidak lain untuk menunjang ibadah kita kepada Allah swt dan menyampaikan kebutuhan. Selebihnya, itu sudah tidak lagi menjalani aturan yang sudah digariskan Allah swt.

Jamaah Jumat yang berbahagia,

Hal demikian dipertegas oleh Nabi Muhammad saw. Dalam suatu riwayat, diceritakan bahwa beliau pernah diminta untuk mendoakan orang Musyrik celaka. Namun, beliau menolaknya dan mempertegas bahwa dirinya diutus sebagai rahmat, sebagai seseorang yang penuh kasih, tidak untuk melaknat.

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ عَلَى الْمُشْرِكِينَ قَالَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً

Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: “Seseorang pernah berkata; ‘Ya Rasulullah, doakanlah untuk orang-orang musyrik agar mereka celaka!’ Mendengar itu, Rasulullah saw menjawab: ‘Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat.’”

Oleh karena itu, sudah tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tetap menyampaikan ujaran kebencian. Mulai hari ini, kita tanamkan dalam diri kita untuk senantiasa menjaga lisan kita dengan perkataan yang halus nan lembut.

Baca halaman berikutnya..

Pos terkait