Download Naskah Khutbah Jumat NU Singkat Terbaik: Antara Islam Dengan Budaya Lokal

Ilustrasi Budaya di Indonesia
Ilustrasi Budaya di Indonesia

 أَنَّ أَحْوَالَ الْعَالَمِ وَالْأُمَمِ وَعَوَائِدَهُمْ وَنِحَلَهُمْ لَا تَدُومُ عَلىٰ وَتِيرَةٍ وَاحِدَةٍ وَمِنْهَاجٍ مُسْتَقِرٍّ.  إِنَّمَا هُوَ اخْتِلَافٌ عَلىٰ الْأَيَّامِ وَالْأَزْمِنَةِ. وَانْتِقَالٌ مِنْ حَالٍ إِلىٰ حَالٍ. وَكَمَا يَكُونُ ذٰلِكَ فِي الْأَشْخَاصِ وَالْأَوْقَاتِ وَالْأَمْصَارِ. فَكَذٰلِكَ يَقَعُ فِي الْآفَاقِ وَالْأَقْطَارِ وَالْأَزْمِنَةِ وَالدُّوَلِ سُنَّةُ اللهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ

Artinya: “Sungguh keadaan dunia, bangsa-bangsa, adat istiadat dan keyakinan mereka tidak selalu mengikuti satu model dan sistem yang tetap, melainkan selalu berbeda-beda (berubah) seiring perjalanan hari dan masa, berpindah dari satu kondisi menuju kondisi lainnya. Sebagaimana hal itu terjadi pada manusia, waktu, dan kota, di berbagai kawasan, zaman, dan negeri juga terjadi sunnah Allah (sunnatullah) yang telah terjadi pada hamba-hamba-Nya.”

Bacaan Lainnya

Menyadari bahwa kebaragaman tidak bisa dihindari, maka Islam harus menyesuaikan. Tentunya dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip ajaran Islam yang ada. Bagaimana Islam tetap disampaikan dengan cara yang ramah tanpa mengusik budaya lokal yang sudah mengakar di tengah masyarakat.

Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125, Allah SWT berfirman:

 ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sungguh Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, maksud ‘bantahlah mereka dengan cara yang baik’ adalah, jika kita menyampaikan kebenaran kepada pihak yang membutuhkan upaya lebih, tetap harus disampaikan dengan cara yang baik dan lemah lembut.

Mencermati penafsiran Ibnu Katsir tersebut, dapat kita ambil benang merah. Dalam menyebarkan Islam di tengah masyarakat yang sudah kental dengan budayanya, Islam tetap harus disampaikan dengan cara-cara yang santun. Jangan sampai Islam justru mengusik dan mengakibatkan Islam sulit diterima.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Rasulullah SAW sendiri telah mempraktikkan bagaimana beliau tidak mengusik tradisi lokal selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sebagaimana kita ketahui, Nabi Muhammad menyampaikan ajaran Islam bukan di ruang hampa, melainkan di tengah masyarakat yang sudah mapan dengan tradisi setempat. Salah satu contohnya adalah tetang puasa ‘Asyura. Sebelum Islam datang, puasa ‘Asyura sudah diamalkan oleh orang-orang Yahudi sebagai rasa syukur atas kemenangan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun. Kemudian Nabi mengadopsi praktik puasa tersebut.

BACA HALAMAN BERIKUTNYA..

Pos terkait