Lafazh ka dan mitsl secara makna sama, yakni seperti. Keduanya digabung dalam satu rangkaian untuk menguatkan makna bahwa Allah sungguh-sungguh tidak seperti segala sesuatu. Secara harfiah, ayat itu bermakna “Tidak ada yang seperti seperti Allah”.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sedangkan dalil dari hadits di antaranya adalah sabda baginda Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ (رواه مسلم)
Maknanya: “Ya Allah Engkaulah azh-Zhahir (segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya) tidak ada sesuatu di atas-Mu, dan Engkaulah al-Bathin (Yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu di bawah-Mu” (HR Muslim)
Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah,
Ijma’ ulama Ahlussunnah wal Jama’ah juga menjadi rujukan dalam hal ini. Di antara yang mengutip ijma’ bahwa Allah ada tanpa tempat adalah Imam Abu Manshur al Baghdadi (w. 429 H) dalam kitab al Farq baina al Firaq. Beliau mengatakan:
وَأَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّهُ لَا يَحْوِيْهِ مَكَانٌ وَلَا يَجْرِي عَلَيْهِ زَمَانٌ
“Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat menyatakan bahwa sesungguhnya Allah tidak diliputi tempat dan tidak dilalui zaman.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Jika kita memahami sifat 20 yang wajib ‘aqli bagi Allah, maka kita akan dengan mudah menyimpulkan bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Salah satu sifat 20 bagi Allah adalah Mukhalafatuhu lil Hawadits: Allah berbeda dengan seluruh makhluk. Jika seluruh makhluk-Nya menempati suatu tempat, berarti Allah yang tidak serupa dengan makhluk pasti-lah tidak menempati suatu tempat. Dia ada tanpa tempat. Begitu juga sifat Qiyamuhu bi Nafsihi: Allah tidak membutuhkan kepada selain-Nya. Seandainya Allah menempati ‘arsy, langit atau arah atas, maka artinya Dia membutuhkan kepada makhluk-Nya yang bernama ‘arsy, langit dan arah atas. Tentu ini mustahil.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..