Hari ini kita mengenang peristiwa sejarah yang agung melibatkan dua orang Rasulallah yang tetap dikenang sepanjang zaman.
Ketika Nabi Ismail a.s, menginjak usia remaja, sang ayah, yaitu Nabi Ibrahim a.s, mendapat perintah langsung dari Allah lewat mimpi bahwa ia harus mengurbankan Ismail putra kesayangannya.
Tentu, ada konflik batin yang bergejolak pada diri Nabi Ibrahim antara kecintaan kepada anak dan ketaatan memenuhi perintah Allah SWT. Namun, cintanya kepada Allah jauh lebih besar daripada cintanya kepada anak, istri, harta benda dan materi dunia lainnya.
Untuk melaksanakan perintah Allah, Nabi Ibrahim a.s, mengajak putranya dengan berdialog sebagai bentuk komunikasi efektif antara sang ayah dengan anak dalam rangka mendidik serta membina ikatan batin kasih sayang, ketaatan dan kepatuhan. Dalam dialognya seperti terlukis dalam bahasa yang sangat indah dan menyeَjukkan di dalam al-Qur’an:
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”.
Ismail sebagai anak yang soleh, patuh dan taat kepada orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya, sepontanitas menjawab:
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai ayahku tercinta, laksanakanlah apa yang telah Allah perintahkan kepadamu. Insya Allah, ayahanda akan menyaksikan sendiri bahwa ananda sabar serta tabah menghadapi ujian itu”. (QS. Ash Shoffat: 102)
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..