“Sungguh, pada hari ini Allah sangat marah yang sebenar-benarnya, dimana Dia belum pernah marah seperti ini dan juga tidak akan marah setelahnya seperti ini. Sungguh, dahulu aku memiliki satu do’a yang aku gunakan untuk menghancurkan kaumku. Diriku sendiri butuh syafa’at, pergilah menemui selainku! Pergilah menemui Ibrahim!”
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Dari apa yang dinyatakan Nabi Nuh ‘alaihis salâm di atas, kita tahu bahwa beliau mengalami kesulitan memberikan syafa’at kepada manusia. Beliau sendiri membutuhkan syafa’at karena adanya satu kesalahan atau masalah yang beliau lakukan semasa hidupnya ketika berdakwah kepada kaumnya. Masalah itu adalah berkaitan dengan doa Nabi Nuh ‘alaihis salâm sebagaimana termaktub dalam Surah Nuh, ayat 26 dan 27:
رَبِّ لا تَذَرْ عَلَى الأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ و لاَ يَلِدُوا إِلا فَاجِرًا كَفَّارًا
“Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan keturunan selain anak-anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir’.”
Setelah Nabi Nuh ‘alaihis salâm berdoa seperti itu, terjadilah banjir besar yang sangat dahsyat dan menewaskan sebagian besar kaumnya yang menolak beriman kepada Allah SWT.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Barangkali kita tidak pernah berpikir bahwa doa Nabi Nuh ‘alaihis salâm di atas ternyata bermasalah di hadapan Allah SWT ketika di akherat nanti. Pertanyaannya kemudian, mengapa doa Nabi Nuh itu bermasalah?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita bandingkan doa Nabi Nuh di atas dengan doa Nabi Muhammad SAW ketika beliau berdakwah di Thaif.
Saat itu orang-orang Thaif tidak menyambut beliau dengan baik. Malahan mereka melempari Nabi Muhammad dengan kotoran manusia, kotoran hewan dan batu yang melukai kepala beliau hingga berdarah.
Melihat keadaan Nabi Muhammad SAW yang seperti itu, kemudian datanglah malaikat Jibril ‘alaihissalam memberi tahu bahwa malaikat penjaga bukit siap diperintah jika beliau ingin menimpakan bukit tersebut kepada orang-orang Thaif
يَا مُحَمَّدُ، فَقَالَ، ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ، إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمُ الأَخْشَبَيْن
“Wahai muhammad, terserah kepada engkau, jika engkau mnghendaki aku menghimpitkan kedua bukit itu kepada mereka”
Tetapi, bagaimana jawaban Nabi Muhammad atas tawaran dari malaikat tersebut? Nabi Muhammad menjawab dengan berdoa:
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..