Demikan juga bila kita berbicara tentang ambisi, maka setiap dari kita memiliki ambisi masing-masing. Dan saya yakin Kita sendiri juga tidak memiliki batasan yang jelas apalagi menghentikan ambisi Kita terhadap makanan lezat dan minuman enak.
Kalaupun Kita telah menikmati makanan dan minuman yang paling lezat, namun tetap saja ambisi Kita terus melaju. Selama hayat masih di kandung badan, Kita pasti masih berselera dan berambisi untuk menikmati makanan dan minuman yang lezat. Hanya ada satu hal yang dapat menghentikan ambisi kita, yaitu ajal alias kematian.
Kondisi serupa juga terjadi pada ambisi kita pada ambisi kita terhadap berbagai kenikmatan dunia lainnya. Karena itu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ ذَهَبٍ لَأَحَبَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ ثَالِثٌ وَلَا يَمْلَأُ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Kitai manusia telah memiliki dua lembah emas, niscaya ia masih berambisi untuk memiliki lembah ketiga. Dan tiada yang daat memenuhi mulut (menghentikan ambisi) manusia selain tanah kuburannya. Sedangkan Allâh senantiasa menerima taubat setiap orang yang sadar dan kembali kepada-Nya.” [Muttafaqun ‘alaih dan at-Tirmidzi].
Hadirin Rahimakumullah..
2. Berpuasa Hanya Karena Allâh Azza Wa Jalla.
Ibadah puasa dengan menahan lapar dan haus semakin membuktikan betapa besar karunia Allâh Azza wa Jalla kepada umat manusia yang telah memberikan rezki makanan dan minuman. Nikmat Allâh Azza wa Jalla berupa makanan dan minuman semakin terasa nikmat di bulan Ramadhan, sehingga wajar bila bisnis kuliner di bulan Ramadhan laris manis.
Namun senikmat apapun makanan yang Kita miliki dan sesegar apapun minuman yang ada di hadapan kita, semuanya kita tinggalkan sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Kita melakukan itu semua bukan karena sedang sakit, atau tidak mampu membelinya atau telah bosan mengkonsumsinya. Semua itu Kita lakukan hanya keran mengharapkan pahala dari Allâh Azza wa Jalla. Inilah satu-satunya semangat dan motivasi Kita dalam menjalankan ibadah puasa, sebagaimana ditegaskan dalam hadits qudsi berikut:
قَالَ اللهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Allah berfirman, “Seluruh amalan anak manusia adalah miliknya, kecuali puasa. Sejatinya puasa adalah milik-Ku, dan hanya Aku yang mengetahui balasannya”. [Muttafaqun ‘alaih].
Demikianlah seharusnya kita bersikap selama hidup di dunia. Semua aktifitas kita, baik ucapan atau perbuatan ditujukan hanya untuk Allâh Azza wa Jalla :
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..