Kultum Akhir Ramadhan: Mengapa Malam Lailatul Qadar Dirahasiakan?

Gambar Ilustrasi Lailatul Qadar
Gambar Ilustrasi Lailatul Qadar

Di sepuluh akhir bulan Ramadhan, sejumlah masjid menggelar kegiatan qiyamul lail. Hal tersebut dilakukan demi mendapatkan Lailatul Qadar. Hanya saja, kapan waktu yang tepat atau kepastian lailatul qadar tersebut masih misterius.

Ramadhan menjanjikan sejumlah anugerahkan. Mulai dari ampunan dosa, dilipatgandakan pahala, diturunkannya Al-Qur’an, dan masih banyak lagi. Termasuk sederet keistimewaan itu adalah lailatul qadar.

Bacaan Lainnya

Malam yang menurut Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Ahkamul Qur’an-nya, sebagai kado istimewa bagi umat Nabi Muhammad yang nilainya tidak tertandingi oleh apapun (Lihat: Ahkamul Qur’an li Ibni ‘Arabi, juz 4, halaman: 428)

Dalam satu hadits terkait lailatul qadar, Rasulullah SAW bersabda:

 إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلاَّ   مَحْرُومٌ

Artinya: Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi darinya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan).

Dari hadits di atas, Syekh Mala Ali al-Qari (w. 1014 H) menjelaskan bahwa orang yang terhalangi untuk melakukan kebaikan pada lailatul qadar, tidak akan mampu melakukan ibadah dan kebaikan-kebaikan di dalamnya. (Lihat: Mirqatul Mafatih, juz 4, halaman: 369)

Ada banyak sekali hadits Nabi yang menjelaskan keagungan dan keutamaan lailatul qadar. Rasanya tidak cukup jika sebutkan satu persatu di tulisan singkat ini. Terkait ketetapan lailatul qadar, terjadi perbedaan pendapat. Ada banyak sekali pendapat tentangnya.

Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 1449 M) dalam Fathul Bari menghimpun sebanyak kurang lebih 45 pendapat. Hanya saja, menurut Ibnu Hajar, pendapat yang paling unggul adalah yang mengatakan terjadi pada tanggal-tanggal ganjil. Lebih spesifik lagi, Imam Syafi’i mengatakan bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadhan yang paling potensial.

Lain lagi dengan pendapat mayoritas ulama yang mengatakan malam tanggal 27 Ramadhan. Pendapat yang terakhir ini juga didukung oleh Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi dalam Graraib al-Qur’an wa Raghaib al-Furqan. (Lihat: Fathul Bari, juz 5, halaman: 569)

Tentu, ada hikmah agung di balik dirahasiakannya malam agung itu. Berikut dipaparkan beberapa pendapat ulama terkait hikmah agung tersebut. Syekh Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menjelaskan, bahwa dalam beberapa hal terkait waktu memperoleh keutamaan dan balasan pahala besar dalam ibadah, sengaja Allah rahasiakan agar manusia berlomba-lomba memperolehnya. Di mana pun dan kapan pun. Tanpa memandang waktu ataupun tempat tertentu.

BACA HALAMAN BERIKUTNYA..

Pos terkait