Mungkin selama ini, kita sering membuat jadwal kegiatan yang isinya hanya untuk kebutuhan duniawi saja, untuk kepentingan duniawi dan kepentingan keluarga, namun kita lupa membuat agenda untuk kebahagiaan kampung akhirat kita sendiri.
Kita lupa berapa tahun lagi kita masih akan tinggal di dunia ini, kita lupa sudah berapa usia kita sekarang, kita lupa apakah rumah tempat kita pindah selamanya nanti sudah makmur sebagai mana rumah yang kita huni sekarang?
Berapa tahun kita menghabiskan uang, waktu dan tenaga untuk membuat rumah kita menjadi makmur, sementara hari ini, kita baru mau membangun rumah abadi kita di alam kubur, mari sama-sama setengah kita paksakan diri kita untuk memakmurkan rumah abadi kita yang mana kita ini semuanya pasti pindah kesana.
Apa yang perlu kita persiapkan mulai hari ini, pertama Allah telah memberi peringatan kepada kita melalui Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Munafiqun Ayat 10
وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
Artinya: Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh. Jadi sadaqoh jelas jelas akan menyelamatkan kita dari azab kubur dan merupakan dinding pengaman yang perlu kita persiapkan dari sekarang sebelum pindah kerumah abadi.
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah, sesungguhnya sadaqoh bukan dilihat dari banyaknya jumlah, bukan dilihat berapa nilai rupiahnya. Tapi dilihat dari kemauan, kemampuan dan keikhlasannya dalam bersadaqoh, sesuai keadaan kita masing-masing, yang terpenting ketika diambang sakaratul maut nanti, kita tidak menyesal dan minta tunda kematian agar bisa bersadaqoh, padahal yang demi kian itu bagai mana mungkin bisa dikabulkan Allah.
Selanjutnya, mari kita mulai menyambungkan tali silaturahim yang masih terputus dan pernah terputus, dengan demikian jika pindah mendadak nanti sudah tiada lagi dosa yang bisa menghalangi kita untuk tinggal diistana abadi yang penuh dengan kenikmatan. Dikatakan dalam sebuah hadits
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari) (Shahih No.6138 )
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..