Dalam praktik silaturahim, terkadang ada dari kalangan umat Islam justru tidak serta menjaga perasaan kerabat satu sama lain dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat personal dan dapat menyinggung perasaan.
Misalnya melontarkan pertanyaan kepada mereka yang masih jomblo: kapan nikah? Kepada yang sudah berkeluarga namun belum punya keturunan; kapan punya anak?
أَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,
Pertanyaan-pertanyaan demikian dapat menyakiti perasaan orang lain dan tentu saja hal ini sangat dilarang dalam Islam karena. Islam sendiri menganjurkan lebih baik diam daripada berucap tapi menyakiti orang lain. Nabi Muhammad saw bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berbicara baik atau diam”. (HR. Bukhari Muslim).
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..