Misalnya, singa. Ada hewan yang memang mempunyai nama Singa, artinya sampai matipun hewan ini tetap disebut singa.
Namun, ada pula singa yang disematkan pada orang yang gagah pemberani. Karena keberaniannya, ia kemudian dipanggil “singa”, tapi namanya tidak selalu menempel. Suatu saat apabila tubuhnya sudah mulai melemah maka penyematan nama “singa” tidak lagi menempel pada tubuhnya karena sifatnya yang hilang.
Begitu pula anjing. Anjing berlaku sebagai hewan berkaki empat sejenis kambing yang jika disentuh, kategori najisnya secara fiqih adalah najis mughalladhah.
Namun, kata “anjing” juga digunakan untuk mencaci seseorang yang mempunyai sifat seperti anjing. Pelebelan seperti ini bisa menempel dan sewaktu-waktu panggilan “anjing” dapat berubah karena dia sudah bertaubat dan memperbaiki perbuatannya.
Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah..
Setan juga demikian. Setan yang mempunyai nama asli yaitu Iblis dan keturunannya secara genetika. Ada juga setan berupa sifat yang menempel baik pada jin ataupun manusia.
Sehingga pada QS Al-An’am: 112 di atas disebutkan:
شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ
Artinya: “Setan dari golongan manusia dan jin.”
Sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam QS An-Nas:
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ ، مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
Artinya: “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS An-Nas: 5-6)
Sebagaimana setan, jin juga mempunyai arti tersendiri, yaitu makhluk Allah yang tidak kasat mata. Berbeda dari manusia yang kasat mata.
Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah..
Orang gila dalam bahasa Arab disebut majnun, artinya pikirannya tertutup. Kalau malam, karena gelap, tidak ada yang terlihat, dalam bahasa Arab dipakailah istilah janna.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..