Orang alim dan orang bodoh, misalnya, meski keduanya melakukan ibadah yang sama dengan waktu yang sama, serta durasi yang juga sama, tidak kemudian mendapatkan pahala yang sama pula. Begitupun perihal dosa, jenis perbuatan, waktu, dan durasi yang sama, tidak lantas menghasilkan dosa yang sama. Waktu merupakan salah satu barometer yang bisa menjadikan nilai pahala dan dosa tidak sama, misalnya bulan Ramadhan. Pada bulan ini semua pahala ibadah serba berlipat ganda.
Namun tak hanya itu, Allah juga melipat gandakan dosa dalam setiap maksiat. Keistimewaan bulan Ramadhan memang tidak bisa dihitung banyaknya, mulai dari dilipat gandakannya pahala, hingga dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka.
Oleh sebab itu, umat Islam seharusnya menjaga kesakralan bulan suci ini dengan bersungguh-sungguh menjauhi setiap hal yang bisa merusak kesakralan Ramadhan. Karena, semua itu bisa berdampak pada dirinya, serta tidak mendapat nilai apa pun dalam menjalankan puasanya.
Syekh Abdurrahman bin Qasim pernah menjelaskan dengan bentuk syair:
إِذا لم يَكنْ في السَّمْعِ مِنّي تَصامُمٌ # وفي بَصَرِي غَضٌّ وفي مَنْطِقي صَمْتُ
فحَظِّي إِذاً مِنْ صَوْمِيَ الجُوعُ والظَّمَا # فإِنْ قُلْت يوماً إِنَّنِي صُمْتُ ما صُمْتُ
Artinya: Jika telingaku masih saja tanpa penjagaan (membiarkan mendengarkan sesuatu yang haram), dalam ucapanku tidak ada jeda (dari kesalahan), dan percakapanku tidak kudiamkan. Maka, bagiku dalam melakukan puasa hanyalah lapar dan dahaga, betapa pun aku berkata ‘aku puasa’, sejatinya aku belum puasa. (Syekh Abdurrahman bin Qasim, Lathaifur Ramadhan, halaman: 21).
Momentum meraih kebaikan pada bulan Ramadhan terkadang masih disia-siakan banyak orang. Betapa banyak yang tidak menjaga kesakralan bulan mulia itu, betapa banyak yang tidak mengindahkannya, menyia-nyiakan keagungan posisinya, serta keluhuran derajatnya.
Dalam keadaan seperti ini, penting kiranya untuk merenungkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallah yang diriwayatkan oleh Ummi Hani’ binti Abi Thalib karramallahu wajhah dan dicatat Imam at-Thabrani dalam kitab Mu’jamus Shagir:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إِنَّ أُمَّتِيْ لَمْ يَخِزُّوْا مَا أَقَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ). قِيْلَ يَا رَسُوْلَ الله وَمَا خَزِيُهُمْ فِي إِضَاعَةِ شَهْرِ رَمَضَانَ؟ قال: (اِنْتِهَاكُ الْمَحَارِمِ فِيْهِ مِنْ زِنَا فِيْهِ أَوْ شَرِبَ فِيْهِ خَمْرًا لَعَنَهُ اللهًُ وَمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ إِلَى مِثْلِهِ مِنَ الْحَوْلِ فَإِنْ مَاتَ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ رَمَضَانُ لَمْ تَبْقَى لَهُ عِنْدَ اللهِ حَسَنَةٌ يتقي بها النار فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ مَا لَا تُضَاعَفُ فِيْمَا سِوَاهُ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ)
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..