Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, menjelaskan bahwa maksud dari memperhatikan apa yang telah diperbuat adalah menilai diri sendiri sebelum pada waktunya nanti bakal dihisab, yakni di akhirat.
Hal ini guna melihat apa saja yang telah kita siapkan sebagai bekal untuk menghadap kepada Allah swt kelak. Sebab, kita tentu pernah mendengar bahwa kita harus bekerja keras untuk dunia seakan kita hidup selamanya. Kita juga harus beramal baik untuk akhirat, seakan esok kita akan mati.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Ayat tersebut juga mengingatkan kita akan amal yang telah kita lakukan. Imam As-Shawi dalam Hasyiyah atas Tafsir Jalalain mengatakan, bahwa seluruh amal yang kita perbuat di dunia ini sebetulnya akan tampak balasannya di hari kiamat kelak. Karenanya, Allah swt mengingatkan kita untuk bertakwa dua kali dalam ayat tersebut.
Menurut Imam Al-Qurthubi, takwa pertama mengingatkan kita agar bertobat atas dosa-dosa lalu, sedangkan kedua sebagai pengingat agar takut bermaksiat di masa yang akan datang.
Hal tersebut juga sejalan dengan sebuah hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Tirmidzi, dan Imam Ibnu Majah berikut.
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْأَحْمَقُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى الله الْأَمَانِيَّ
Artinya: “Orang bijak adalah dia yang mengutuk dirinya sendiri dan bekerja untuk apa setelah kematian, dan orang bodoh adalah dia yang mengikuti keinginannya sendiri dan melimpahkan aspirasinya kepada Tuhan.”
Jamaah Jumat yang berbahagia,
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..