Artinya: “Allah ’Azza wa Jalla berfirman, ’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim no. 6000)
Sungguh, seorang yang masih saja menyalahkan waktu berarti dia menyakiti Allah. Bagaimanakah seorang mencela waktu, boleh jadi seorang tertimpa musibah pada hari Selasa, dia mencela dengan seenaknya berkata, hari Selasa sial.
Boleh jadi ada yang tertimpa kesusahan pada tanggal 13, dia berkata tanggal 13 sial. Bagaimana dengan kita yang masih meyakini bahwa hari Rabu terakhir di bulan Shafar akan turun sebanyak 320.000 balak bencana bahkan dikatakan setiap tahunnya. Padahal Allah berfirman di dalam Al Qur’an
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
Artinya: “Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa (waktu)”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al Jatsiyah [45] : 24).
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah,
Bukankah kita mengetahui bahwa segala bentuk musibah yang terjadi yang datangnya dari langit, dari bumi adalah karna ulah perbuatan kita sendiri. Sebagai mana Allah berfirman
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنۢبِهِۦ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ ٱلصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ ٱلْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..