Saudara-saudara seiman Luqman kemudian mengajari putranya tentang furu’ (syari’at Islam) setelah mengajarinya tentang ushul (aqidah Islam). Ia berkata:
يَـٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ (لقمان: 17)
Artinya, “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” (QS. Luqman: 17).
Luqman memerintah putranya dalam nasihat ini untuk melaksanakan kewajiban yang paling penting dan paling utama setelah iman, yaitu shalat yang merupakan ibadah fardhu dalam syari’at semua umat terdahulu. Kemudian Luqman menasehati putranya agar senantiasa melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar (mengajak berbuat baik dan melarang melakukan kemungkaran).
Keduanya adalah dua pilar penting yang menjadi tonggak terwujudnya masyarakat yang saleh. Yaitu dengan mengajak menunaikan perkara-perkara wajib dan yang paling utama adalah iman. Juga dengan melarang melakukan perkara-perkara mungkar dan yang paling berbahaya adalah kekufuran dengan segala macamnya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Lalu Luqman membimbing putranya agar bersabar karena sabar dengan segala macamnya adalah cahaya yang menyinari jalan setiap muslim. Jadi beriman harus disertai dengan sabar untuk tetap terus berpegang teguh dengannya. Begitu juga amar ma’ruf nahi munkar membutuhkan kesabaran untuk dapat melalui rintangan yang menghadang. Begitu pula seluruh ibadah lainnya.
Setelah itu, Luqman menasihati putranya agar berakhlak mulia. Ia berkata:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍۢ (لقمان: 18)
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak mencintai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS Luqman: 18).
Sombong ada dua. Pertama, mengetahui kebenaran lalu menolaknya karena yang menyampaikannya lebih rendah status sosialnya, lebih sedikit hartanya, lebih muda usianya dan semacamnya. Kedua, merendahkan orang lain. Kedua jenis sombong ini termasuk dosa besar.
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..