Sehingga antara jinn, janna, majnun yang terdiri dari komposisi huruf jim dan nun yang ditasydid, masing-masing mempunyai akar kata yang sama sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ
Artinya: “Ketika malam menjadi gelap.” (QS Al-An’am: 76)
Yang perlu digaris bawahi adalah jangan dipukul rata bahwa setiap jin dan manusia itu bernama setan, begitu pula sebaliknya.
Apabila ada manusia dan jin mempunyai perilaku buruk, tidak shalat, menjadi pemabuk dan lain sebagainya, mereka bisa disebut sebagai setan.
Manusia yang tampak pakaiannya islami tapi menjual agama, namanya juga setan. Selama sifat mereka masih seperti setan, maka keduanya dinamakan sebagai setan. Setan di sini berdasar sifat, tidak nama asli. Sedangkan setan yang asli adalah iblis dan keturunannya secara genetika.
Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah..
Selanjutnya pada Al Qur’an Surat Al-An’am ayat 112 dijelaskan
يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
Maksudnya, mereka saling melengkapi untuk menciptakan kegaduhan agama. Yang bisa menciptakan kegaduhan melalui bahasa verbal atau kata-kata ini adalah setan manusia.
Setan dari unsur jin tidak bisa berkata-kata atau mengucapkan kalimat karena mereka tidak bisa membolak-balikkan perkataan, sedangkan setan dari unsur manusia sangat canggih mengolah kata-kata. Dari sini bisa disimpulkan bahwa kita sebagai manusia bisa jadi masuk dalam kategori setan.
Selanjutnya, kita bisa melihat secara nampak pada doa yang diajarkan oleh Nabi kepada kita:
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
Artinya: “Kami meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan-keburukan pribadi kita.”
Kemudian disaat yang lain kita disuruh Allah berdoa agar terhindar dari setan.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Artinya: “Saya meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”
Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah..
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..