Menafsiri ayat di atas, Imam Baghawi dalam tafsirnya menjelaskan, menurut Ibnu ‘Abbas, kasih sayang Nabi Muhammad SAW itu berlaku bagi semua manusia. Baik untuk mereka yang sudah mengimani ajaran Islam ataupun yang belum.
Bagi mereka yang beriman, akan memperoleh rahmat tersebut di dunia dan akhirat. Sementara bagi mereka yang belum beriman, hanya memperoleh rahmat di dunia. Soal urusan balasan mereka yang tidak beriman, itu urusan Allah di akhirat.
Mencermati penafsiran ini, jelas bahwa dalam kehidupan bersosial di dunia, kita tidak boleh membeda-bedakan orang lain karena status agamanya. Berbuat baiklah kepada siapa saja. Soal mereka yang berbeda keyakinan, bukan hak kita untuk menomorduakan atau bahkan memusuhinya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Mempertegas ayat di atas, dikisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW dimintai oleh seseorang agar beliau mau mandoakan orang-orang Musyrik supaya ditimpa musibah. Merespons permintaan itu, Rasulullah dengan bijak bersabda:
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus bukan untuk menjadi pelaknat, tetapi aku diutus sebagai rahmat.” (HR Muslim)
Dalam catatan sejarah dakwah Islam, metode yang digunakan Rasulullah SAW untuk mengajak orang-orang yang belum beriman pun tidak pernah lepas dari prinsip-prinsip kelembutan. Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159, Allah SWT berfirman,
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Secara jelas, ayat di atas berpesan kepada Nabi Muhammad SAW untuk selalu bersikap lembut terhadap umatnya. Jika saja tidak demikian, bersikap keras dan kasar, bisa jadi justru dijauhi oleh kaumnya. Selevel Nabi saja masih harus mengedepankan rasa belas kasih dalam berinteraksi dengan non-Muslim. Bagaimana dengan kita?
Terkait ayat di atas, Syekh Musthafa al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaksan, tujuan diutusnya rasulad alah untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah pada sekalian manusia. Misi ini hanya bisa sukses jika manusia itu luluh hatinya dan merasa nyaman.
Sementara hal ini bisa dicapai jika rasul itu memiliki kasih sayang yang mulia, mau memaafkan mereka yang bersalah dan menasihati menghadapi memreka dengan cara yang elegan dan penuh kasih sayang.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
BACA HALAMAN BERIKUTNYA..